Tuesday 27 November 2012

PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR


Pengertian
Penyakit menular seksual atau PMS adalah  berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui kontak seksual. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah  kelompok umur  yang  memiliki resiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok tersebut.
Hampir  semua PMS dapat diobati. Namun PMS yang mudah diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap  berbagai antibiotik generasi lama. Ada PMS lain, seperti herpes , AIDS, dan kutil kelamin seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus, tidak dapat disembuhkan sementara yang lainnya bahkan dapat mematikan.
Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan gonore seluruhnya sudah  pernah dikenal sebagai penyebab kematian.  Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti penyakit radang panggul (PRP), Kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan.
Dampak negatif
Di tinjau dari aspek agama Hasrat seksual, sebagaimana nafsu makan dan minum, dapat dipenuhi dengan cara yang halal maupun yang haram. Haram untuk memuaskan hasrat seksual diluar ikatan perkawinan, sesama jenis, dengan hewan ataupun dengan orang mati (mayat) dan berdosa besar.
Di tinjau dari aspek kesehatan adalah bila orang berganti-ganti pasangan akan berpengaruh bagi kesehatan tubuhnya karena kemungkinan besar pasangannya sudah tertular, dan kita akan otomatis bila berhubungan intim juga tertular. Dan kemungkinan juga pasangan tersebut kurang menjaga organ intimnya akibatnya membawa bibit penyakit.
Di tinjau dari aspek moral dan sosial : Kebanyakan orang berganti pasangan cenderung, orang-orang yang sama-sama tidak menikah atau perselingkuhan. Di tinjau aspek moral dan sosial tersebut melanggar norma dan etika adat istiadat yang berlaku ditempat tersebut. Biasanya pelakunya mendapat celaan, dikucilkan masyarakat setempat.

Cara pencegahan PMS adalah
Informasi yang tepat harus diberikan sejak dini. Informasi tersebut dapat diperoleh dari klinik-klinik kesehatan, sekolah, rumah sakit atau puskesmas. Seperti bersikap setia, tidak berganti-ganti pasangan, memastikan jarum suntik yang kita pakai steril, menjaga kesehatan organ intim. Jika seseorang telah mendapati gejala dari PMS sebaiknya secepat mungkin memeriksa diri  ke dokter. Dengan mengetahui dan memahami gejala dari PMS yang sebenarnya, penyembuhan akan mudah dilakukan sedini mungkin.
Dengan semakin banyak memahami dan mengetahui akibat yang ditimbulkan aktivitas yang tidak sehat, diharapkan semua kalangan baik terpelajar maupun masyarakat dapat menjaga diri dari infeksi PMS tersebut. Selain itu diharapkan akan muncul sikap kesadaran bahwa apapun yang dilakukan pasti akan menimbulkan konsekuensi. Baik positif maupun negatifnya tergantung dari perbuatan yang dilakukan. Membatasi diri terhadap pergaulan juga sesuatu yang harus dipertimbangkan, seyogyanya memegang teguh ajaran agama dan norma yang tertanam dalam nuraninya masing-masing. Adapun proses pencegahannya sebagai berikut :
1.      Memberikan penyuluhan akan bahayanya PMS untuk itu mereka harus mengerti akan arti pentingnya pencegahan PMS tersebut.
2.      Memberitahu bagaimana cara-cara dalam pencegahan PMS
3.      Memberitahukan akan arti pentingnya pencegahan PMS
4.      Memberikan kesadaran akan arti pentingnya sikap setia
5.      Memberikan kesadaran apa akibat yang ditimbulkan bila berganti-ganti pasangan.
6.      Memberikan kesadaran apa akibatnya bila tidak bisa menjaga kebersihan organ intim
Pihak-pihak yang terlibat didalam pencegahan PMS antaralain :
1.      Pemerintah di semua level, harus menempatkan isu-isu kesehatan reproduksi remaja menjadi prioritas utama dalam penyusunan kebijakan. Kebijakan yang dihasilkan harus dapat memastikan remaja memperoleh hak-hak kesehatan reproduksinya.
2.      Departemen Kesehatan, juga Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Pelibatan Depdiknas penting artinya, karena dengan masuknya pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum sekolah remaja mendapat akses yang terprogram secara bertahap dan dapat dipertanggungjawabkan.
3.      Media Massa harus ikut bertanggung jawab dalam memberikan informasi dan pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja bukan malah membuat posisi remaja semakin sulit dalam menjalani hak-hak kesehatan reproduksinya akibat banyaknya informasi yang menyesatkan.
4.      Membuka ruang dan akses bagi remaja untuk berpartisipasi dalam proses-proses pengambilan keputusan menyangkut kebutuhan remaja akan hak-hak kesehatan reproduksi dan seksualnya. Banyak program pemberdayaan remaja yang dilakukan selama ini tidak direspon secara positif oleh remaja, karena remaja tidak dilibatkan dalam proses-proses pengambilan keputusan menyangkut kebutuhannya.
5.       Petugas/pelayanan kesehatan : Adanya penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang kesehatan reproduksi yang benar sehingga mereka akan lebih mengerti tentang kesehatan reproduksinya dan tidak akan penasaran untuk melakukan seks bebas yang akhirnya akan menderita IMS. Pelayanan kesehatan reproduksi di jasa pelayanan kesehatan yang terjangkau remaja sehingga remaja tidak akan kesulitan memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi Petugas/ pelayanan kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang bermutu sehingga IMS pada remaja dapat ditangani dengan tepat dan tidak sampai terjadi komlpikasi yang tidak diinginkan. Petugas kasehatan harus selalu memantau kesehatan remaja dan memberikan perlakuan yang wajar terhadap penderita IMS, tidak mengucilkannya,  untuk mendukung kesembuhannya.
6.      Keluarga/ lingkungan : Keluarga dan masyarakat harus mulai membuka diri terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksual. Sikap keluarga dan masyarakat yang selama ini apriori dan ketakutan, jika remaja mendapat pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas akan semakin mendorong mereka melakukan seks bebas harus dihilangkan. Sebab, dari banyak penilitian dan pengalaman berbagai pihak yang secara intensif memberikan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual kepada remaja secara benar, mampu merubah perilaku seksual remaja untuk semakin bertanggungjawab.
 Penelitian dan pengalaman banyak pihak, mentabukan pendidikan seks di keluarga dan masyarakat semakin tidak dapat menyelesaikan masalah. Sebab, semakin pendidikan seks di tabukan, semakin mendorong remaja untuk ingin tahu dan ingin mencoba. Sebab, faktanya remaja semakin mudah mendapatkan akses seksualitas yang menyesatkan melalui berbagai media electronik seperti di internat, puluhan jenis situs pornografi yang menyajikan rangsangan seksual remaja dapat dengan mudah diakses oleh remaja.
Pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi kepada orang tua dan masyarakat sehingga diharapkan mereka bisa memberikan informasi kepada anak/ remaja dimana orang tua dan masyarakat merupakan orang yang dipercaya dan menjadi panutan bagi remaja. Hal ini bisa dilakukan dengan adanya program desa siaga dimana disitu terdapat poskesdes dan anggotanya merupakan kaderisasi dari masyarakat sehingga remaja akan lebih mudah berkomunikasi dengan mereka. Dengan adanya poskesdes tersebut remaja yang terkena IMS dapat segera diberikan pengobatan yang tepat sehingga tidak terjadi komplikasi. Keluaraga dan masyarakat harus memberi dukungan kepada remaja yang terkena IMS sehingga mereka merasa tidak dikucilkan dan tetap menjadi bagian dari masyarakat yang utuh.