Pengertian
Penyakit
menular seksual atau PMS adalah berbagai
infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui kontak
seksual. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur
yang memiliki resiko paling
tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok
tersebut.
Hampir semua PMS dapat diobati. Namun PMS yang mudah
diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. Ada PMS
lain, seperti herpes , AIDS, dan kutil kelamin seluruhnya adalah PMS yang
disebabkan oleh virus, tidak dapat disembuhkan sementara yang lainnya bahkan
dapat mematikan.
Sifilis,
AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan gonore seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai
kondisi seperti penyakit radang panggul (PRP), Kanker serviks dan berbagai
komplikasi kehamilan.
Dampak
negatif
Di
tinjau dari aspek agama Hasrat
seksual, sebagaimana nafsu makan dan minum, dapat dipenuhi dengan cara yang
halal maupun yang haram. Haram untuk memuaskan hasrat seksual diluar ikatan
perkawinan, sesama jenis, dengan hewan ataupun dengan orang mati (mayat) dan
berdosa besar.
Di tinjau dari aspek kesehatan adalah bila orang
berganti-ganti pasangan akan berpengaruh bagi kesehatan tubuhnya karena
kemungkinan besar pasangannya sudah tertular, dan kita akan otomatis bila
berhubungan intim juga tertular. Dan kemungkinan juga pasangan tersebut kurang
menjaga organ intimnya akibatnya membawa bibit penyakit.
Di tinjau dari aspek moral dan sosial : Kebanyakan orang
berganti pasangan cenderung, orang-orang yang sama-sama tidak menikah atau
perselingkuhan. Di tinjau aspek moral dan sosial tersebut melanggar norma dan
etika adat istiadat yang berlaku ditempat tersebut. Biasanya pelakunya mendapat
celaan, dikucilkan masyarakat setempat.
Cara
pencegahan PMS adalah
Informasi
yang tepat harus diberikan sejak dini. Informasi tersebut dapat diperoleh dari
klinik-klinik kesehatan, sekolah, rumah sakit atau puskesmas. Seperti bersikap
setia, tidak berganti-ganti pasangan, memastikan jarum suntik yang kita pakai
steril, menjaga kesehatan organ intim. Jika seseorang telah mendapati gejala
dari PMS sebaiknya secepat mungkin memeriksa diri ke dokter. Dengan mengetahui dan memahami
gejala dari PMS yang sebenarnya, penyembuhan akan mudah dilakukan sedini
mungkin.
Dengan
semakin banyak memahami dan mengetahui akibat yang ditimbulkan aktivitas yang
tidak sehat, diharapkan semua kalangan baik terpelajar maupun masyarakat dapat
menjaga diri dari infeksi PMS tersebut. Selain itu diharapkan akan muncul sikap
kesadaran bahwa apapun yang dilakukan pasti akan menimbulkan konsekuensi. Baik
positif maupun negatifnya tergantung dari perbuatan yang dilakukan. Membatasi
diri terhadap pergaulan juga sesuatu yang harus dipertimbangkan, seyogyanya
memegang teguh ajaran agama dan norma yang tertanam dalam nuraninya
masing-masing. Adapun proses pencegahannya sebagai berikut :
1. Memberikan
penyuluhan akan bahayanya PMS untuk itu mereka harus mengerti akan arti
pentingnya pencegahan PMS tersebut.
2. Memberitahu
bagaimana cara-cara dalam pencegahan PMS
3. Memberitahukan
akan arti pentingnya pencegahan PMS
4. Memberikan
kesadaran akan arti pentingnya sikap setia
5. Memberikan
kesadaran apa akibat yang ditimbulkan bila berganti-ganti pasangan.
6. Memberikan
kesadaran apa akibatnya bila tidak bisa menjaga kebersihan organ intim
Pihak-pihak
yang terlibat didalam pencegahan PMS antaralain :
1.
Pemerintah di semua level, harus
menempatkan isu-isu kesehatan reproduksi remaja menjadi prioritas utama dalam
penyusunan kebijakan. Kebijakan yang dihasilkan harus dapat memastikan remaja
memperoleh hak-hak kesehatan reproduksinya.
2.
Departemen
Kesehatan, juga Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Pelibatan Depdiknas
penting artinya, karena dengan masuknya pendidikan seksual dan kesehatan
reproduksi ke dalam kurikulum sekolah remaja mendapat akses yang terprogram
secara bertahap dan dapat dipertanggungjawabkan.
3.
Media Massa harus ikut bertanggung jawab
dalam memberikan informasi dan pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual
bagi remaja bukan malah membuat posisi remaja semakin sulit dalam menjalani
hak-hak kesehatan reproduksinya akibat banyaknya informasi yang menyesatkan.
4.
Membuka ruang dan akses bagi remaja
untuk berpartisipasi dalam proses-proses pengambilan keputusan menyangkut
kebutuhan remaja akan hak-hak kesehatan reproduksi dan seksualnya. Banyak
program pemberdayaan remaja yang dilakukan selama ini tidak direspon secara
positif oleh remaja, karena remaja tidak dilibatkan dalam proses-proses
pengambilan keputusan menyangkut kebutuhannya.
5.
Petugas/pelayanan kesehatan : Adanya penyuluhan dari tenaga
kesehatan tentang kesehatan reproduksi yang benar sehingga mereka akan lebih
mengerti tentang kesehatan reproduksinya dan tidak akan penasaran untuk
melakukan seks bebas yang akhirnya akan menderita IMS. Pelayanan kesehatan
reproduksi di jasa pelayanan kesehatan yang terjangkau remaja sehingga remaja
tidak akan kesulitan memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi Petugas/
pelayanan kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang bermutu sehingga IMS
pada remaja dapat ditangani dengan tepat dan tidak sampai terjadi komlpikasi
yang tidak diinginkan. Petugas kasehatan harus selalu memantau kesehatan remaja
dan memberikan perlakuan yang wajar terhadap penderita IMS, tidak
mengucilkannya, untuk mendukung kesembuhannya.
6.
Keluarga/
lingkungan : Keluarga dan masyarakat harus mulai
membuka diri terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksual. Sikap
keluarga dan masyarakat yang selama ini apriori dan ketakutan, jika remaja
mendapat pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas akan semakin mendorong
mereka melakukan seks bebas harus dihilangkan. Sebab, dari banyak penilitian
dan pengalaman berbagai pihak yang secara intensif memberikan informasi dan
pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual kepada remaja secara benar, mampu
merubah perilaku seksual remaja untuk semakin bertanggungjawab.
Penelitian dan pengalaman banyak pihak,
mentabukan pendidikan seks di keluarga dan masyarakat semakin tidak dapat
menyelesaikan masalah. Sebab, semakin pendidikan seks di tabukan, semakin
mendorong remaja untuk ingin tahu dan ingin mencoba. Sebab, faktanya remaja
semakin mudah mendapatkan akses seksualitas yang menyesatkan melalui berbagai
media electronik seperti di internat, puluhan jenis situs pornografi yang
menyajikan rangsangan seksual remaja dapat dengan mudah diakses oleh remaja.
Pemberian informasi tentang kesehatan
reproduksi kepada orang tua dan masyarakat sehingga diharapkan mereka bisa
memberikan informasi kepada anak/ remaja dimana orang tua dan masyarakat
merupakan orang yang dipercaya dan menjadi panutan bagi remaja. Hal ini bisa
dilakukan dengan adanya program desa siaga dimana disitu terdapat poskesdes dan
anggotanya merupakan kaderisasi dari masyarakat sehingga remaja akan lebih
mudah berkomunikasi dengan mereka. Dengan adanya poskesdes tersebut remaja yang
terkena IMS dapat segera diberikan pengobatan yang tepat sehingga tidak terjadi
komplikasi. Keluaraga dan masyarakat harus memberi dukungan kepada remaja yang
terkena IMS sehingga mereka merasa tidak dikucilkan dan tetap menjadi bagian
dari masyarakat yang utuh.